Pramuka, Tempat Membentuk Pribadi Berkarakter
Menurut Undang Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional, “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya.” Pendidikan memiliki peran penting bagi kelangsungan. Selain Pendidikan secara formal, siswa-siswa harus diberikan wadah untuk mendapatkan pengembangan diri serta membentuk karakter mereka dengan ekstrakulikuler.
Ekstrakulikuler adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan peserta didik di luar jam belajar kurikulum standar. Ada banyak ekstrakulikuler yang ada disuatu sekolah, salah satunya adalah Pramuka. Kepramukaan adalah gerakan pendidikan non formal, bersifat sukarela, non politik, terbuka untuk semua, tanpa membedakan asal-usul, ras, suku bangsa dan agama. Keanggotaan pramuka adalah warga Indonesia yang aktif dalam pendidikan kepramukaan serta mengamalkan satya dan darma pramuka. Pramuka menjadi ekstrakulikuler wajib di sekolah untuk menjadikan pemuda yang suka berkarya. Dalam proses pembentukan karekter sesorang peran pramuka sangat banyak memberikan dampak positif, selain sikap disiplin, anggota pramuka juga dibentuk sifat-sifat lainnya seperti bertakwa kepada tuhan, cinta dengan alam serta lingkungan sekitar mereka, bertanggung dalam menjalankan tugas, dibentuk menjadi seorang pemberani yang sopan, baik kepada orang yang lebih tua maupun sesama, serta menjaga pikiran, lisan dan perilaku untuk melakukan hal positif. Namun dua tahun kebelakang nilai-nilai tersebut perlahan luntur dengan adanya pandemi covid 19.
Tepat
hari ini, Indonesia memasuki dua tahun
delapan bulan pandemi Covid-19. Sejak awal pertama virus Corona memasuki
Indonesia, sudah jutaan kasus yang melanda Tanah Air. Sebenarnya, sulit untuk
memastikan kapan virus Covid-19 yang mulanya beredar di Wuhan, China, masuk ke
Indonesia. Namun, pengumuman kasus pertama Corona menjadi rujukan awal pandemi
Covid-19. Dari catatan Kompas.com, kasus pertama warga Indonesia terinfeksi
Covid-19 diumumkan langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Pada Senin, 2
Maret 2020, Presiden mengumumkan dua kasus pertama Covid-19. Dua kasus itu
adalah seorang ibu berusia 64 tahun beserta putrinya yang berumur 31 tahun.
Kemudian menyebar hingga membuat Indonesia lumpuh baik dari segi ekonomi maupun
bidang-bidang lain, bahkan sampai merambat ke bidang Pendidikan.
Pada masa pendemi
sekolah-sekolah dialihkan ke proses pembelajaran jarak jauh, atau lebih umum
dikenal dengan pembelajaran online. Guru-guru dituntut untuk bisa memberikan
pembelajaran se-efektif mungkin agar anak-anak masih bisa belajar walau sekolah
dilakukan secara daring. Selain dampak-dampak tersebut masalah yang sebenarnya
juga sangat penting adalah kegiatan kepramukaan pada masa pandemi ditiadakan,
sehingga nilai-nilai serta proses pembentukan karakter yang sebelumnya bisa
didapatkan oleh siswa, pada saat pandemi tidak lagi dirasakan oleh para siswa.
Dampaknya karakter anak-anak dimasa covid sangat berbeda dengan anak-anak
sebelum masa covid 19. Seperti anak-anak cendrung tidak menghormati guru,
orangtua, dan orang lain. Hilangnya rasa saling peduli terhadap sesama, serta
hilangnya rasa tolong menolong.
Nilai-nilai tersebut tentunya harus kita atasi dengan Pendidikan karakter kepada anak-anak. Dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka pada Bab II Pasal 3 tentang fungsi Gerakan Pramuka dinyatakan, Pendidikan dan pelatihan pramuka, pengembangan pramuka , pengabdian masyarakat dan orang tua, dan permainan yang berorientasi pada Pendidikan. Gerakan Pramuka hadir sebagai alat untuk pembentukan karakter. Menurut (Sri Woro:2016) Kegiatan ekstrakulikuler Pramuka dimaksudkan untuk mempersiapkan generasi muda sebagai pemimpin bangsa yang memiliki watak, kepribadian, dan berakhlak mulia.
Berdasarkan hal tersebut
dapat dikatakan pramuka sangat baik dalam pembentukan karakter anak-anak. Hanya
saja perlu adanya dukungan dari segala elemen, khususnya sekolah dan pembina
pramuka, terutama tantangan pramuka wajib pada kurikulum 2013, guru-guru harus
memiliki kemampuan dalam mengaplikasikan nilai-nilai pramuka untuk diajarkan
kepada siswa-siswa. Kompetensi guru minimal sudah melaksanakan kegiatan kursus
pembina mahir tingkat dasar (KMD) agar dari guru sendiri sudah memahami terkait
kepramukaan. Selain guru yang harus memiliki kompetensi, sekolah juga harus
mensupport kegiatan-kegiatan kepramukaan. Mulai dari kegiatan Latihan,
perkemahan, perlombaan, sampai pada kegiatan-kegiatan jelajah alam.
Jika kegiatan diatas
berjalan dengan baik maka, proses kepramukaan lama-kelamaan akan membentuk
karakter setiap anak. Kebisaan-kebisaan baik tersebut juga akan membuat sebuah
populasi yang baik. Sehingga mulai dari anak sampai ke sekolah akan memunculkan
citra baik lewat pribadi anak-anak yang berkarakter.
Penulis : Deni Sadly
Komentar
Posting Komentar